Selasa, 13 Maret 2018

Legenda Cinderelas

Cerita Rakyat – Cindelaras

Raden Putra adalah raja Kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk kepada permaisuri. “Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Aku harus mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri,” pikirnya.
Selir baginda, berkomplot dengan seorang tabib istana. Ia berpura-pura sakit parah. Tabib istana segera dipanggil. Sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minuman tuan putri. “Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri,” kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia segera memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan.
Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda. “Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh,” kata patih. Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya. Raja menganggung puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri.
Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur. “Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku.” Setelah 3 minggu, telur itu menetas. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan! “Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…”
Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya dan segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di hutan. Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam. “Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku,” tantangnya. “Baiklah,” jawab Cindelaras. Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan. Ayamnya benar-benar tangguh.
Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras. “Hamba menghadap paduka,” kata Cindelaras dengan santun. “Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata,” pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. “Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?” Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi. “Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…,” ayam jantan itu berkokok berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. “Benarkah itu?” Tanya baginda keheranan. “Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda.”
Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri. “Aku telah melakukan kesalahan,” kata Baginda Raden Putra. “Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku,” lanjut Baginda dengan murka. Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan.. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.
(SELESAI)

Legenda selat bali

Cerita Rakyat Bali : "Asal-usul Selat Bali"

 
Pada jaman dulu di kerajaan Daha hiduplah seorang Brahmana yang benama Sidi Mantra yang sangat terkenal kesaktiannya. Selain sakti Sidi Mantra adalah seorang yang berbudi pekerti luhur dan disegani oleh masyarakat karena memiliki pengetahuan agama yang luas. Sanghyang Widya atau Batara Guru memberikannya hadiah berupa harta benda dan seorang istri yang cantik. Setelah bertahun-tahun menikah, akhirnya mereka mendapat seorang anak yang bernama Manik Angkeran.
Manik Angkeran adalah pemuda yang gagah, berani dan pandai. Namun, manik Angkeran memiliki sifat yang bertolak belakang dengan ayahnya. Manik Angkeran sangat manja. Dia suka berjudi dan mengaduh ayam. Mungkin ini karena Manik Angkeran tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu. Ibunya telah meninggal sewaktu melahirkannya. Manik Angkeran selalu kalah dalam berjudi dan ia telah mempertarukan harta  orang tuanya bahkan sampai berhutang kepada orang lain. Sampai-sampai hutangnya menjadi banyak hingga ia tidak dapat membayar hutang-hutangnya lagi. Kemudian Manik Angkeran meminta pertolongan ayahnya untuk membayar hutang-hutangnya.
Kemudian untuk membantu sang anak, Sidi Mantra rela berpuasa dan berdoa untuk meminta pertolongan Sang Dewa. Tiba-tiba terdengarlah suara gaib setelah sekian lama ia berdoa kepada Dewa. “Hai, Sidi Mantra, di kawah Gunung Agung ada harta karun yang dijaga seekor naga bernama Naga Besukih. Pergilah ke sana lalu mintalah supaya dia mau memberi sedikit hartanya”, suara Sang dewa.
Setelah mendengar bisikan gaib tersebut, Sidi Mantra pergi menuju ke Gunung Agung dengan membawa genta pemujaannya. Di perjalanan menuju Gunung Agung, Sidi Mantra berusaha untuk melewati segala rintangan yang menghadangnya. Akhirnya Sidi Mantra berhasil melewati berbagai rintangan tersebut dan berhasil sampai di Gunung agung dengan selamat. Lalu Sidi Mantra duduk bersila. Sambil membunyikan genta Sidi Mantra membacakan mantra dan memanggil-manggil nama Naga Besukih. Setelah skian lama Sidi mantra memanggil naga tersebut, akhirnya Naga Besukih muncul dari tempat persembunyiannya.
“Hai Begawan Sidi Mantra, ada apakah engkau memanggilku?” tanya Naga Besukih.
“Naga Besukih, kekayaanku telah dihabiskan anakku untuk berjudi. Sekarang karena hutangnya menumpuk, dia dikejar-kejar oleh orang-orang. Aku mohon, bantulah aku agar aku bisa membayar hutang anakku!”
“Baiklah, aku akan memenuhi permintaanmu Begawan Sidi Mantra, tapi kau harus menasehati anakmu agar tidak berjudi lagi, karena kau tahu berjudi itu dilarang agama!”
“Aku berjanji akan menasehati anakku”, jawab Begawan Sidi Mantra.
Setelah mendengarkan maksud kedatangan Sidi Mantra, Naga Besukih pun menggeliat. Saat menggeliat dari sisik naga tersebut keluarlah emas & intan. Naga Besukih menyuruh Sidi Mantra untuk mengambilnya. Kemudian Sidi Mantra mengambil emas dan intan tersebut serta mengucapkan terima  kasih. Setelah Sidi Mantra mengucapkan terima kasih, Sidi Mantra pun kembali ke rumahnya dan menyerahkan emas dan intannya kepada Manik Angkeran tidak lupa Sidi Mantra menasehati Manik Angkeran agar Manik Angkeran tidak melakukan judi lagi dan membayar segera hutang-hutangnya. Tetapi kenyataan berkata lain Manik Angkeran tetap saja melakukan judi dan beraduh ayam bahkan sampai taruhan pun dia lakukan sampai-sampai harta yang diberikan ayahnya kembali habis. Seperti biasanya lagi Manik Angkeran meminta bantuan Sidi Mantra agar hutang-hutang bias dilunasi lagi. Dengan kesalnya Sidi Mantra mau membantu Manik Angkeran untuk membayar hutang-hutangnya. Maka barangkatlah Sidi Mantra menuju Gunung Agung untuk yang kedua kalinya. Sesampai di Gunung Agung Sidi Mantra melakukan ritualnya lagi, dengan dibunyikannya genta dan membaca mantra-mantra berharap Naga Besukih keluar dari tempat persembunyiannya. Beberapa saat kemudian Sang Naga Besukih keluar dari tempat persembunyiannya.
“Ada apa lagi Begawan Sidi Mantra? Mengapa engkau memanggilku lagi?” tanya Sang Naga Besukih.
“Maafkan aku Naga Besukih, sekali lagi aku memohon bantuanmu agar aku bisa membayar hutang-hutang anakku. Aku sudah tidak punya apa-apa lagi dan aku sudah menasehatinya agar tidak berjudi, tapi ia tidak menghiraukanku.” mohon Begawan Sidi Mantra.
“Anakmu rupanya sudah tidak menghormati orang tuanya lagi. Tapi aku akan membantumu untuk yang terakhir kali. Ingat, terakhir kali.”
Naga Besukih pun menggeliat dan keluarlah emas dan intan dari tubuhnya  lalu Sidi Mantra memilihi harta tersebut dan memohon diri. Setibanya di rumah Sidi Mantra segera melunasi hutang-hutang Manik Angkeran.
Manik Angkeran heran mengapa ayahnya begitu mudah mendapatkan harta. Maka Manik Angkeran bertanya pada ayahnya, “Ayah, darimana ayah mendapatkan semua kekayaan itu?
“Sudahlah Manik Angkeran, jangan kau tanyakan dari mana ayah mendapat harta itu. Berhentilah berjudi dan menyabung ayam, karena itu semua dilarang oleh agama. Dan inipun untuk terakhir kalinya ayah membantumu. Lain kali apabila engkau berhutang lagi, ayah tidak akan membantumu lagi.” Jawab ayahnya.
Meskipun sudah diperingatkan oleh ayahnya berkali-kali Manik Angkeran tetap saja melakukan perjudian dan bertaruh aduhan ayam. Sampai lama-kelamaan hutangnya menumpuk banyak dan ia tidak dapat membayarnya. Manik Angkeran meminta bantuan ayanhnya lagi tetapi ayahnya tidak mau membantunya lagi. Sehingga Manik Angkeran bertekad untuk mencari tahu sumber kekayaan ayahnya didapat dari mana. Kemudian ia pun bertanya-tanya kesana kemari dan beberapa temannya memberi tahunya bahwa ayahnya mendapatkan kekayaan di Gunung Agung. Begitu serakahnya Manik sampai-sampai ia berani mencuri genta milik ayahnya dan ia pergi ke Gunung Agung untuk mencari harta.
Setelah Manik Angkeran sampai di Gunung Agung, Manik Angkeran membunyikan genta milik ayahnya. Karena merasa terpanggil Naga besukih pun merasa terpanggil oleh suara genta tersebut. Tetapi Naga Besukih heran kenapa ia tidak mendengarkan mantra-mantra yang biasa ia dengar dari Sidi Mantra. Kemudian Naga Besukih keluar untuk melihat siapa yang telah memanggilnya. Setelah keluar, maka bertemulah Sang Naga dengan Manik Angkeran untuk pertama kali. Melihat manik Angkeran, Naga Besukih pun tak dapat menahan amarahnya.
“Hai Manik Angkeran. Ada apa engkau memanggilku dengan genta yang kau curi dari ayahmu itu?”
Dengan sikap memelas, Manik pun berkata, “Sang Naga bantulah aku. Berilah aku harta yang melimpah agar aku bisa membayar hutang-hutangku. Kalau kali ini aku tak bisa membayarnya, orang-orang akan membunuhku. Kasihanilah aku.”
Melihat kesedihan Manik Angkeran, Sang Naga pun merasa kasihan.
“Baiklah, aku akan membantumu. Tetapi dengan syarat jahuilah Judi dan taruhan adu ayammu itu” jawab Sang Naga Besukih.
“Baiklah Naga besukih” jawab manik Angkeran.
Setelah memberikan nasehat kepada Manik Angkeran, Naga Besukih pun membalikkan badannya untuk mengambil harta yang berada di dalam bumi. Pada saat Naga Besukih membenamkan kepalanya ke dalam bumi, Manik Angkeran pun melihat ekor Naga Besukih yang penuh dengan emas dan intan maka timbullah niat jahatnya untuk memotong ekor tersebut. Sesegera mungkin Manik Angkeran mengeluarkan keris yang ia bawa dan memotong ekor Naga Besukih dengan satu kali tebasan. Naga Besukih menggeliat dan segera membalikkan badannya. Namun Manik angkeran telah pergi menjauhinya. Naga Besukih pun pergi mencari Manik Angkeran ke segala pnjuru tetapi ia tidak menemukannya juga. Naga Besukih hanyalah menemukan bekas telapak kaki Manik Angkeran. Maka dari itu dengan kesaktiannya Naga Besukih membakar bekas telapak kaki Manik Angkeran. Meskipun Manik Angkeran telah jauh tetapi dengan kesaktian Naga besukih, Manik Angkean dapat merasakan panasnya api Naga Besukih. Sehingga Manik Angkeran terjatuh dan lama-kelamaan menjadi abu.
Di Jawa timur Sidi Mantra merasa gelisah. Ia cemas karena anaknya telah menghilang dan masih belum kembali ke rumah. Sidi Mantra juga kehilangan genta yang biasa ia gunakan untuk pemujaan. Tetapi Sidi Mantra mengetahui bahwa anaknya yang telah mengambil genta pemujaannya. Sidi Mantra merasa anaknya telah pergi ke Gunung Agung untuk meminta bantuan Naga Besukih. Maka dari itu Sidi mantra berangkat menuju Gunung Agung untuk mencari Manik Angkeran. Sesampainya Sidi Mantra di Gunung Agung, ia melihat Naga besukih yang berada di luar persembunyiannya. Bertanyalah Sidi Mantra kepada Sang Naga Besukih dimanakah anaknya berada. Naga Besukih pun menjawab bahwa Manik Angkeran telah menjadi abu dan sudah meninggal. Sidi Mantra memohon kepada Naga Besukih supaya anaknya dihidupkan lagi. Naga Besukih menyanggupi permohonan Sidi Mantra tetapi dengan satu syarat Sidi mantra harus mengembalikan ekor Naga Besuki seperti semula. Dengan kesaktiannya Sidi Manta pun mampu mengembalikan ekor Naga Besuki seperti semula. Setelah itu Naga Besukih menghidupkan kembali Manik Angkeran. Sebab hal itulah Manik Angkeran telah sadar dan meminta maaf kepada ayahnya serta ia berjanji tadak akan mengulangi perilaku buruknya lagi. Manik angkeran juga meminta maaf kepada Naga Besukih. Tidak lupa Sidi Mantra berterima kasih kepada Naga Besukih karena telah menghidupkan kembali Manik Angkeran. Meskipun Manik Angkran telah berubah, Sidi mantra menyuruh Manik Angkeran untuk tetap tinggal di sekitar Gunung Agung. Manik Angkeran pun menuruti perintah ayahnya itu. Kemudian Sidi Mantra pulang ke jawa Timur. Sesampainya di Tanah benteng, Sidi Mantra menorehkan tongkatnya ke tanah untuk membuat garis yang memisahkan dirinya dengan Manik Angkeran. Saat itu juga bekas torehan tongkatnya menjadi lebar dan bertambah luas sehingga air laut naik menggenanginya. Genangan air laut itu terus melebar dan lama-kelamaan menjadi sebuah selat. Selat tersebutlah yang sekarang ini diberi nama “SELAT BALI”, yaitu selat yang memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali.
Analisis Nilai yang Terkandung Dalam Cerita Rakyat
A.  Nilai Agama
Cerita rakyat "Asal Mula Selat Bali” memberikan nilai religi yang tinggi yaitu kita harus tetap bertawakal kepada Tuhan dan selalu beribadah agar kita melewati segala cobaan hidup. Bukannya manja dan mengeluh saja. Jahuilah perbuatan yang dilarang oleh agama seperti berjudi dan taruhan.
B.  Nilai Budaya
  • Gunung Agung adalah gunung yang keramat di pula bali karena dianggap sebagai tempat bersemayamnya para dewa.
  • Terdapat adat dan aturan untuk mendaki Gunung Agung karena Gunung Agung dinilai suci.
  • Pantangan menaiki Gunung Agung bagi para perempuan yang mengalami menstruasi, atau membawa bekal daging sapi, atau lembu dalam bentuk apapun, sesuai yang diajarkan agama hindu.
C.  Nilai Moral
  • Janganlah engkau menjadi seraka dan tamak karena sifat tersebut dapat menjerumuskanmu kedalam kesuraman.
  • Patuhilah orang tuamu karena dia yang telah merawatmu dari kecil sampai dewasa.
  • Hindari bermain judi dan taruhan karena judi dan taruhan termasuk perbuatan yang tercela.
  • Bersikaplah hormat kepada sesama manusia.
  • Jangan terlalu memanjakan anak karena dapat membuat anak tidak mau berusaha dan menjadi seenaknya.

Legenda Telaga Bidadari

Cerita Rakyat dari Kalimantan Selatan
 Dahulu kala, ada seorang pemuda yang tampan dan gagah. Ia bernama Awang Sukma. Awang Sukma mengembara sampai ke tengah hutan belantara. Ia tertegun melihat aneka macam kehidupan di dalam hutan. Ia membangun sebuah rumah pohon di sebuah dahan pohon yang sangat besar. 

Kehidupan di hutan rukun dan damai. Setelah lama tinggal di hutan, Awang Sukma diangkat menjadi penguasa daerah itu dan bergelar Datu. Sebulan sekali, Awang Sukma berkeliling daerah kekuasaannya dan sampailah ia di sebuah telaga yang jernih dan bening. Telaga tersebut terletak di bawah pohon yg rindang dengan buah-buahan yang banyak. Berbagai jenis burung dan serangga hidup dengan riangnya. "Hmm, alangkah indahnya telaga ini. Ternyata hutan ini menyimpan keindahan yang luar biasa," gumam Datu Awang Sukma.





Keesokan harinya, ketika Datu Awang Sukma sedang meniup serulingnya, ia mendengar suara riuh rendah di telaga. Di sela-sela tumpukan batu yang bercelah, Datu Awang Sukma mengintip ke arah telaga. Betapa terkejutnya Awang Sukma ketika melihat ada 7 orang gadis cantik sedang bermain air.

"Mungkinkah mereka itu para bidadari?" pikir Awang Sukma. Tujuh gadis cantik itu tidak sadar jika mereka sedang diperhatikan dan tidak menghiraukan selendang mereka yang digunakan untuk terbang, bertebaran di sekitar telaga. Salah satu selendang tersebut terletak di dekat Awang Sukma. 

"Wah, ini kesempatan yang baik untuk mendapatkan selendang di pohon itu," gumam Datu Awang Sukma.

Mendengar suara dedaunan, para putri terkejut dan segera mengambil selendang masing-masing. Ketika ketujuh putri tersebut ingin terbang, ternyata ada salah seorang putri yang tidak menemukan pakaiannya. Ia telah ditinggal oleh keenam kakaknya. Saat itu, Datu Awang Sukma segera keluar dari persembunyiannya. 

"Jangan takut tuan putri, hamba akan menolong asalkan tuan putri sudi tinggal bersama hamba," bujuk Datu Awang Sukma. Putri Bungsu masih ragu menerima uluran tangan Datu Awang Sukma. Namun karena tidak ada orang lain maka tidak ada jalan lain untuk Putri Bungsu kecuali menerima pertolongan Awang Sukma.

Datu Awang Sukma sangat mengagumi kecantikan Putri Bungsu. Demikian juga dengan Putri Bungsu. Ia merasa bahagia berada di dekat seorang yang tampan dan gagah perkasa. Akhirnya mereka memutuskan untuk menjadi suami istri. Setahun kemudian lahirlah seorang bayi perempuan yang cantik dan diberi nama Kumalasari. Kehidupan keluarga Datu Awang Sukma sangat bahagia.




Namun, pada suatu hari seekor ayam hitam naik ke atas lumbung dan mengais padi di atas permukaan lumbung. Putri Bungsu berusaha mengusir ayam tersebut. Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah bumbung bambu yang tergeletak di bekas kaisan ayam. "Apa kira-kira isinya ya?" pikir Putri Bungsu. Ketika bumbung dibuka, Putri Bungsu terkejut dan berteriak gembira. "Ini selendangku!, seru Putri Bungsu. Selendang itu pun didekapnya erat-erat. Perasaan kesal dan jengkel tertuju pada suaminya. Tetapi ia pun sangat sayang pada suaminya.

Akhirnya Putri Bungsu membulatkan tekadnya untuk kembali ke kahyangan. "Kini saatnya aku harus kembali!," katanya dalam hati. Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya sambil menggendong bayinya. 

Datu Awang Sukma terpana melihat kejadian itu. Ia langsung mendekat dan minta maaf atas tindakan yang tidak terpuji yaitu menyembunyikan selendang Putri Bungsu. Datu Awang Sukma menyadari bahwa perpisahan tidak bisa dielakkan. "Kanda, dinda mohon peliharalah Kumalasari dengan baik," kata Putri Bungsu kepada Datu Awang Sukma." Pandangan Datu Awang Sukma menerawang kosong ke angkasa. "Jika anak kita merindukan dinda, ambillah tujuh biji kemiri, dan masukkan ke dalam bakul yang digoncang-goncangkan dan iringilah dengan lantunan seruling. Pasti dinda akan segera datang menemuinya," ujar Putri Bungsu.



Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya dan seketika terbang ke kahyangan. Datu Awang Sukma menatap sedih dan bersumpah untuk melarang anak keturunannya memelihara ayam hitam yang dia anggap membawa malapetaka.

Pesan moral : Legenda Telaga Bidadari mengajarkan kita, jika kita menginginkan sesuatu hendaknya dengan cara halal. Kita tidak boleh mencuri, merampok harta milik orang lain, karena sewaktu-waktu dapat menjadi batu sandungan dalam meraih cita-cita. Kitapun tidak boleh menyimpan perbuatan busuk, karena pada suatu saat akan ketahuan juga.

Legenda Batu Menangis

Legenda Batu Menangis

Legenda Batu Menangis (Cerita Rakyat Kalimantan )
Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya.
Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.
Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, “Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?”
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?
“Bukan,” katanya dengan angkuh. “Ia adalah pembantuku !”
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
“Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?”
“Bukan, bukan,” jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. ” Ia adalah budakk!”
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.
Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu berdoa.
“Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia….”
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.
” Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu…Ibu…ampunilah anakmu..” Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut ” Batu Menangis “.
Demikianlah cerita berbentuk legenda ini, yang oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa kisah itu benar-benar pernah terjadi. Barang siapa yang mendurhakai ibu kandung yang telah melahirkan dan membesarkannya, pasti perbuatan laknatnya itu akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Kuasa
Versi lain
Kelahiran Putri dan Wulan yang berbeda setengah jam telah memiliki pertanda dari alam. Putri lahir ditengah cuaca yang mendadak berubah begitu buruk, sementara adiknya muncul saat cuaca membaik.
Setelah keduanya mulai tumbuh, barulah kelihatan perbedaan yang mencolok. Wulan berakhlak lembut, penyabar, dan pengasih sementara si sulung Putri berwatak buruk nan mencemaskan.
Kuatir dengan keadaan tersebut, Awang dan Sari memasukkan Putri ke sebuah pesantren dengan harapan anaknya bisa berubah. Sayang, perilaku Putri justru malah semakin menjadi tanpa bisa dikendalikan pemilik dan pengasuh pesantren.
Puncaknya terjadi saat Awang mengunjungi putri suluangnya, keteledoran Putri membuat gudang dimana ia biasa bermalas-malasan terbakar. Putri sendiri selamat, namun sang ayah yang berjibaku menyelamatkan buah hatinya harus mengalami cacat fisik permanen.
Takut bakal dihukum akibat perbuatannya, Putri melarikan diri dari pesantren dan jatuh ke perangkat Julig, seorang dukun yang ingin mencari tumbal kepala seorang bocah.
Rupanya, tumbal tersebut bakal digunakan untuk pembangunan sebuah resort di pinggir pantai yang dikelola Darwin seorang konglomerat. Beruntung, muncul pasangan jin penghuni hutan tepi pantai Ranggada dan Sugari yang menyelamatkan Putri sekaligus membunuh Julig dan Darwin.
Saat Awang dan Sari dibuat bingung mencari keberadaannya hingga menghabiskan banyak biaya, Putri malah hidup bersenang-senang di istana jin Ranggada dan Sugari dengan pekerjaan sebagai pendamping anak tunggal mereka Elok.
Sayangnya biarpun sudah dimanjakan oleh kedua orangtua angkatnya, kelakuan buruk Putri yang telah mendarah-daging tidak bisa hilang. Akhirnya suami-istri jin Ranggada dan Sugari sudah tidak tahan lagi, mereka mengusir Putri keluar dari istana jin.
Setelah sempat terlunta-lunta dan nyaris diperkosa pemuda berandal, Putri dipertemukan juga dengan Awang dan Sari serta adiknya Wulan. Pertemuan tersebut berlangsung mengharukan karena mereka telah berpisah selama lebih dari 10 tahun.
Lagi-lagi suasana tentram hanya berlangsung sesaat, Putri kembali berfoya-foya karena sudah terbiasa bergelimang kemewahan tanpa perduli dengan orangtuanya yang sudah terancam bangkrut.
Sikapnya terhadap keluarga juga sangat buruk. Selain memperlakukan Wulan dan sang ibu seperti pembantu, Putri juga melecehkan sang ayah yang cacat. Bahkan, Awang yang berusaha membela Wulan malah dicelakai Putri, yang tidak menunjukkan penyesalan sedikit pun, hingga menemui ajalnya.
Di tengah kekacauan hidup dan ekonomi keluarga yang semakin morat-marit, apa yang harusnya terjadi tidak bisa dihindari lagi. Sang ibu akhirnya kehilangan kesabaran melihat kelakuan Putri. Yang lebih fatal, kemarahan kali ini jauh lebih parah daripada suami-istri jin Ranggada dan Sugari.
Tanpa sadar sang ibu mengucapkan sumpah atau kutuk. Akibatnya, Putri langsung menjadi sebuah patung batu yang terus mengucurkan air bening dari sepasang mata batunya. Konon, air itu adalah air mata dari penyesalan Putri yang sayangnya datang terlambat

Senin, 12 Maret 2018

Legenda Bawang Merah Dan Bawang Putih

Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih - Legenda Indonesia

 

Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.

Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.

Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.

Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.

Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.

“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”

Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.

“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.

“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.

“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.

Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.

Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.

Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.

Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.
Semoga Bermanfaat Cerita Rakyat Bawang Merah dan Bawang Putihnya dan kami Ucapkan banyak terimakasih kepada anda yang telah mengunjungi Web Blog ini dan Kunjungi Kumpulan Cerita Rakyat yang lainnya..

Legenda Timun Mas

Cerita Rakyat Timun Mas - Cerita Legenda Jawa Tengah

 

Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun.

Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.

“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.

Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.

Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.

Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas.

Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.

Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.

Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.

Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.

Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.

Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.

Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.

Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.
Semoga bermanfaat Cerita Rakyat Timun Mas ini adan kami Ucapkan terimakasih atas Kunjungannya dan Kunjungi Kumpulan Cerita Rakyat yang lainnya...

Legenda Malin Kundang

Cerita Legenda Malin Kundang Anak Durhaka | Cerita Rakyat 

 

Kisah zaman dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga miskin di daerah pesisir pantai. Si ayah bekerja ikut kapal-kapal para pedagang untuk mencukupi kehidupan mereka. Keluarga itu memiliki seorang anak lelaki yang masih kecil, bernama Malin Kundang. Malin Kundang termasuk anak yang rajin, dia membantu setiap pekerjaan ibunya untuk meringankan beban orang tua. Sehingga ibunya sangat sayang pada Malin Kundang.


Hingga pada suatu waktu, sang ayah pergi berlayar. Namun setelah hari itu, sudah tak terdengar lagi kabar beritanya. Sudah bertahun-tahun berlalu, ibu malin kundang kini bekerja keras seorang diri untuk menghidupi dirinya dan membesarkan si Malin. Melihat hal itu, malin kundang yang masih belia merasa sangat kasihan. Dia bertekad untuk bekerja, merantau dan kelak pulang membawa harta yang banyak untuk ibunya. Hingga pada suatu hari, ada sebuah kapal yang cukup mewah berlabuh. Seperti biasa, malin segera berlari ke kapal bersama para pekerja angkut, karena si malin memang bekerja sebagai kuli panggul bagi para pedagang yang datang untuk membantu ibunya.

Melihat malin yang begitu rajin, sang nahkoda kapal menjadi sangat tertarik. Dia berniat mengajak malin berlayar dan bekerja di kapalnya. Malin pun merasa sangat senang, karena mimpinya untuk berlayar dan merantau ke negeri seberang akan bisa terwujud. Dia langsung berlari pulang untuk meminta izin pada emaknya.

Legenda Malin Kundang

Dengan berat hati, ibunya melepas anak semata wayangnya itu. Ingin rasanya menahan malin untuk pergi, namun karena melihat tekad malin yang begitu kuat, sang ibu tak kuasa melarangnya. ''Hati-hatilah di tanah rantau ya nak. Bersikaplah baik pada semua orang, selalu rendah hati, dan jangan lupa pada Tuhan yang maha kuasa''. Pesan ibu malin. ''Iya mak.. malin akan selalu ingat nasehat emak. Kelak malin akan pulang membawa harta yang banyak. Malin akan menjadi orang kaya, sehingga emak tak usah lagi bekerja. Malin pamit mak''. Kata malin berpamitan di iringi air mata ibunya.

Setelah hari itu, setiap hari ibu malin selalu berdiri di pantai memandang cakrawala, berharap malin segera pulang. Setiap ada kapal yang singgah, ibu malin selalu berlari menghampiri, berharap anaknya ada di kapal itu. Namun selalu saja kekecewaan yang dia dapat, anaknya tidak ada di kapal itu.
Bertahun-tahun sudah berlalu, ibu malin masih menunggu kepulangan anaknya dengan setia. Dia selalu berdiri di tepi pantai, memandang cakrawala di pagi dan sore hari, berharap anaknya segera pulang. Hingga pada suatu hari, para penduduk tampak ramai berlari-lari ke pelabuhan. Ibu malin kundang yang saat itu sudah tua renta dan sakit-sakitan bertanya pada salah seorang penduduk. Ternyata, di pelabuhan tengah berlabuh sebuah kapal yang sangat mewah dan besar. Pemiliknya adalah seorang pemuda yang tampan dan kaya raya, mereka membawa barang dagangan yang sangat banyak. Mendengar hal itu, ibu malin langsung ikut berlari menuju pelabuhan. Langkahnya terlihat lemah dan tertatih-tatih karena tubuhnya yang renta dan sakit-sakitan.

Setalah sampai di pelabuhan, terlihat banyak sekali orang-orang berkumpul. Di atas kapal terlihat sepasang muda-mudi dengan pakaian mewah sedang membagi-bagikan uang pada mereka. Betapa gembiranya hati ibu malin, karena begitu dia melihat, dia sangat yakin bahwa pemuda gagah itu adalah anaknya. Dia dapat langsung mengenalinya berkat tanda lahir yang dimiliki malin.

Segera ibu malin naik ke atas kapal dan memeluk si malin. Namun perlakuan malin sungguh di luar dugaan, dia melemparkan perempuan tua itu hingga terjengkang. ''Siapa kau? Berani-berani mengotori baju ku yang mahal ini?''. Bentak malin. ''Malin.. ini aku nak, ibu mu. Kini kau benar-benar sudah jadi orang kaya nak. Kini ibu sangat senang kau sudah pulang''. Kata ibu malin. Malin terkejut mendengarnya, tak disangka wanita dengan pakaian lusuh itu adalah ibunya yang sudah lama dia tinggalkan.

''Benarkah pengemis ini ibu mu bang? Kata mu kau yatim piatu, ternyata dia masih hidup sebagai pengemis..''. Kata isteri malin kundang dengan nada ketus. Karena malu dengan isterinya, malin kundang akhirnya membantah. Dan berkata bahwa itu adalah pengemis yang hanya mengaku-ngaku sebagai ibunya untuk mendapat uang lebih. Lalu malin kundang meminta awak kapal untuk mengusirnya dengan kasar, dan segera mengangkat sauh dan berlayar meninggalkan tempat itu.

Menerima perlakuan yang sudah keterlaluan dari anaknya, ibu malin kundang merasa sangat kecewa. Rasa sakit di hatinya sungguh tiada terkira. Akirnya, dia berdo'a pada yang maha kuasa. .''Ya Tuhan.. engkau adalah dzat yang maha adil, dan mendengar setiap do'a hamba mu. Jika benar dia bukan Malin anak ku, maka berilah dia keselamatan dan kebahagiaan. Tapi jika dia benar-benar Malin kundang anak ku yang telah lama pergi, maka aku kutuk dia menjadi batu''.

Seketika, langit yang tadinya cerah menjadi gelap. Angin berhembus kencang, dan datanglah hujan badai yang menerjang kapal itu. Petir bersautan, ombak mengamuk. Melihat hal itu, malin menjadi sangat menyesali semua perbuatanya. Namun minta ma'af kini sudah terlambat. Tiba-tiba kapal mewah itu dihantam petir yang sangat besar hingga pecah berkeping dan karam. Dan konon, malin kundang berubah menjadi sebuah batu karena berani durhaka pada ibunya. baca kisah-kisah menarik lainnya hanya di mahesara.blogspot.com

Legenda Danau Toba

Cerita Rakyat Danau Toba - Dongeng Legenda Nusantara

di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan tidak mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut langsung melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Alloh, semoga aku dapat ikan banyak hari ini”. Beberapa saat setelah berdoa, kail yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya sangat besar dan cantik sekali.
Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong aku jangan dimakan Pak!! Biarkan aku hidup”, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu langsung dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.
“Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu”, kata si ikan. “Siapakah kamu ini? Bukankah kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. “Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena melanggar aturan kerajaan”, jawab wanita itu. “Terimakasih engkau sudah membebaskan aku dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan istri”, kata wanita itu. Petani itupun setuju. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah beberapa lama mereka menikah, akhirnya  kebahagiaan Petani dan istrinya bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran semua orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua jatah makanan dilahapnya tanpa sisa.
Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan setelah itu dia tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung membangunkannya. “Hey, bangun!, teriak petani itu.
Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. “Mana makanan buat ayah?”, Tanya petani. “Sudah habis kumakan”, jawab si anak. Dengan nada tinggi petani itu langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.
Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. 
Terimakasih telah membaca Cerita Rakyat Danau Toba dan semoga bermanfaat Cerita Rakyatnya dan Kunjungi Kumpulan Cerita Rakyat yang lainnya...
  

Legenda Roro Jonggrang

Cerita Roro Jonggrang Legenda Candi Prambanan

 Cerita rakyat ini berasal dari masa lampau yang sangat lama. Ceritanya juga terdengar dari telinga ke telinga. salah satu cerita rakyat yang sangat terkenal di Jawa adalah Roro Jonggrang. Hampir semua daerah di Indonesia memiliki cerita rakyat masing-masing.

Bagi anda yang sudah pernah ke candi Prambanan, apakah sudah tahu cerita rakyat tentang candi tersebut? Jika belum yuk baca cerita Roro Jonggrang legenda Candi Prambanan berikut ini.

Pada zaman dahulu, berdirilah sebuah kerajaan sangat besar bernama Prambanan. Rakyat Kerajaan Prambanan hidup dengan makmur dan damai di bawah kepemimpinan raja bernama Prabu Baka. Kerajaan-kerajaan kecil di sekitar Kerajaan Prambanan juga tunduk dan sangat menghormati kepemimpinan Prabu Baka.
Sementara itu, di wilayah lain terdapat satu kerajaan yang tidak kalah besar dari Kerajaan Prambanan, nama kerajaan itu adalah Kerajaan Pengging. Kerajaan tersebut sangat terkenal arogan dan selalu ingin memperluas wilayah kekuasaan. Kerajaan Pengging memiliki seorang kesatria sakti bernama Bondowoso.

Ia memiliki senjata yang sangat sakti bernama Bandung, dengan begitu ia sangat terkenal dengan sebutan Bandung Bondowoso. Tidak hanya mempunyai senjata yang sakti, Bandung Bondowoso juga memiliki pasukan tentara berupa jin. Bala tentara jin tersebut ia gunakan untuk membantunya dalam menyerang kerajaan lain dan juga memenuhi segala keinginannya.
Suatu Ketika Raja Pengging memerintahkan Bandung Bondowoso untuk menyerang Kerajaan Prambanan. Esok harinya, bandung Bondowoso memanggil seluruh bala tentara jinnya dan berangkat ke Kerajaan Prambanan.

Setiba di Kerajaan Prambanan, Bandung Bondowoso dan bala tentara langsung menyerbu masuk ke dalam Kerajaan Prambanan. Tanpa adanya persiapan membuat Raja Baka dan pasukannya kalang kabut, dan para perang ini membuat Prabu Baka dan pasukannya tewas. Akhirnya Bandung Bondowoso berhasil menduduki Kerajaan Prambanan.

Kabar keberhasilan Bandung Bondowoso didengar oleh Raja Pengging dan merasa sangat bahagia. Raja Pengging pun mengutus Bandung Bondowoso untuk menempati Kerajaan Prambanan dan mengurus segala isi Kerajaan tersebut termasuk keluarga Raja Baka.

Pada saat Bandung Bondowoso menempati Istana Prambanan, ia melihat seorang wanita yang cantik jelita. Wanita tersebut adalah putri dari Prabu Baka bernama Roro Jonggrang. Bandung Bondowoso menaruh hati kepada Roro Jonggrang saat melihatnya. Tanpa pikir panjang, Bandung Bondowoso memanggil Ror Jonggrang dan melamarnya.

“Wahai Roro Jonggrang yang cantik jelita, bersediakah engkau menjadi permaisuriku?” tanya Bandung Bondowoso kepada Roro Jonggrang.
Mendengar pertanyaan tersebut membuat Roro Jonggrang terdiam dan bingung. Ia sangat benci melihat Bandung Bondowoso yang telah membunuh ayahhanda yang sangat ia cintainya. Namun ia juga takut untuk menolak lamaran Bandung Bondowoso. Akhirnya setelag Roro Jonggrang berfikir sejenak, ia menemukan satu cara agar Bandung Bondowoso tidak jadi untuk menikahinya.
“baiklah aku menerima lamaranmu, Bandung Bondowoso. Namun setelah kamu memenuhi satu syarat dariku.” Jawah Roro Jonggang.
“Apakah Syaratmu itu wahai Roro Jonggrang?, tanya Bandung Bondowoso.
“Buatkan aku seribu candi dan dua buah sumur dalam satu malam”. Jawab Roro Jonggrang memberikan syarat yang ia minta.
Mendengar syarat yang diberikan oleh Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso pun langsung menyetujuinya. Syarat yang Roro Jonggrang berikan, ia anggap sangat mudah karena ia mempunyai balatentara jin yang sangat banyak dan akan membantunya.

Pada malam hari, Bandung Bondowoso mengumpulkan semua bala tentara jinnya. Dalam waktu yang singkat, semua bala tentaranya sudah berkumpul. Setelah mendengar perintah dari Bandung Bondowoso, semua bala tentaranya kengsung membuat sumur dan membangun seribu candi dengan sangat cepat.

Melihat kecepatan bala tentara Bandung Bondowoso dalam membangun candi dan membuat sumur, membuat Roro Jonggrang merasa ketakutan dan gelisah. Dalam dua per tiga malam, hanya tinggal tiga buah candi dan satu sumur yang belum terselesaikan.

Roro jonggrang berfikir keras bagaimana cara menggagalkan pembangunan candi dan membuatnya tidak jadi menikah dengan Bandung Bondowoso. Jika syarat tersebut tidak dipenuhi tentunya pernikahan mereka tidak akan terlaksana. Roro Jonggang berpikir sangat keras untuk menggagalkannya.
Setelah berpikir keras, akhirnya me
mbuahkan hasil yakni sebuah ide yang sangat cemerlang. Ia akan membuat suasana menjadi seperti pagi, dengan begitu para jin akan berhenti membuat candi karena hari sudah pagi.

Roro Jonggrang pergi untuk mengumpulkan para dayang-dayang yang ada di dalam istana Prambanan. Para dayang-dayang tersebut ia beri tugas untuk membakar jerami, membunyikan lesung dan menaburkan bunga berbau semerbak mewangi.

Mendengar perintah Roro Jonggrang, para dayang-dayang segera membakar beberapa jerami. Tidak berselang lama langit tampak kemerahan dan lesung pun mulai untuk dibunyikan. Bau harum dari bunga yang disebar mulai tercium dan membuat para ayam mulai berkokok.

Melihat langit berwarna kemerahan, lesung berbunyi dan bau harum bunga, membuat bala tentara jin Bandung Bondowoso pergi meninggalkan pekerjaan. Mereka berpikir bahwa hari telah beranjak pagi, dan mereka pun harus segera pergi.

Melihat balatentaranya pergi membuat Bandung Bondowoso marah dan berkata “Hai balatentaraku, hari belum pagi. Kembalilah dan selesaikan pembangunan candi ini!”. Bandung Bondowoso menyuruh bala tentaranya untuk kembali dan menyelesaikan. Karena hari belum pagi, dan itu semua adalah perbuatan Roro Jonggrang untuk membuat suasana seperti pagi.
Para bala tentara Bandung Bondowoso tetap pergi dan tidak menghiraukan perintah darinya. Bandung Bondowoso sangat kesal dan menyelesaikan sendiri sisa pembangunan candi. Namun sebelum Bandung Bondowoso selesai membangun sisa candi, hari sudah beranjak pagi. Bandung Bondowoso pun gagal memenuhi syarat yang diberikan Roro Jonggrang untuk menikahi putri Prabu Baka tersebut.

Mengetahui kegagalan Bandung Bondowoso dalam membuatkannya seribu candi dan dua sumur, membuat Roro Jonggrang sangat bahagia dan menghampiri Bandung Bondowoso. Ia berkata “Kamu gagal memenuhi syarat dariku, Bandung Bondowoso.”

Mendengar ucapan Roro Jonggrang tersebut, membuat kemarahan Bandung Bondowoso semakin besar. Dengan nada yang keras Bandung Bondowoso berkata “Kau yang curang Roro Jonggrang. Kamulah yang menggagalkan pembangunan seribu candi yang sedang aku bangun. Untuk itu, aku kutuk kau menjadi arca yang ada di dalam candi keseribu!!!” teriak Bandung Bondowoso dengan nada keras.

Dengan kesaktian yang dimiliki oleh Bandung Bondowoso, Roro Jonggang pun menjadi arca keseribu dari Candi seribu yang ia syaratkan kepada Bandung Bondowoso. Keseribu candi ini berada di Candi Prambanan, dan arca Roro Jonggrang dikenal dengan candi Roro Jonggarang diantara seribu candi lainnya yang diberi nama candi sewu.

Candi Roro Jonggang yang merupakan wujud arca dari Roro Jonggrang sampai saat ini masih bisa anda temukan di Lokasi Candi Prambanan. Disini anda akan melihat Candi Roro Jonggrang dikelilingi oleh candi-candi lain yang dibangun oleh para bala tentara jin Bandung Bondowoso.

Cerita rakyat sangatlah penting, karena akan menambah pengetahuan anda semua tentang sejarah masa lalu negara Indonesia. Di saat mengunjungi tempat wisata bukan hanya menikmati wisatanya saja, namun juga sangat bagus mengetahui sejarah tempat tersebut seperti cerita Roro Jonggrang legenda Candi Prambanan di atas.

Legenda Sangkuriang

Cerita Rakyat Sangkuriang – Legenda Jawa Barat

Pada jaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja merahasiakannya.
 Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.
Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya.
Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah di waktu dekat. Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.
Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.
Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.
Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.
Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.
Cerita Rakyat Sangkuriang Semoga Bermanfaan dan Share Postingan ini apabila bermanfaat buat anda, kami ucapkan banyak terimakasih atas kunjungannya dan Kunjungi Kumpulan Cerita Rakyat yang lainnya…
DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/01/cerita-rakyat-sangkuriang.html#ixzz1vHE6QBzW

Legenda Rawa Pening

Cerita Rakyat Nusantara "Legenda Rawa Pening" 

 

Pada zaman dahulu, hidup seorang wanita bernama Endang Sawitri yang tinggal di desa Ngasem. Endang Sawitri sedang hamil, dan kemudian dia pun melahirkan. Anehnya, yang dilahirkan bukanlah bayi biasa, melainkan seekor naga. Naga tersebut kemudian diberi nama Baru Klinting. Baru Klinting adalah seekor naga yang unik. Dia bisa berbicara seperti manusia.

Saat usianya menginjak remaja, Baru Klinting bertanya kepada ibunya. Dia ingin tahu apakah dia memiliki seorang ayah, dan dimana ayahnya berada. Endang Sawitri menjawab bahwa ayahnya adalah seorang raja, yang sedang bertapa di sebuah gua, di lereng Gunung Telomoyo.

Pada suatu hari, Endang Sawitri berkata bahwa sudah tiba saatnya bagi Baru Klinting untuk menemui ayahnya. Dia memberikan sebuah klintingan kepada Baru Klinting. Benda itu adalah peninggalan dari ayah Baru Klinting, dan dapat menjadi bukti bahwa Baru Klinting adalah benar-benar anaknya.
 
Baru Klinting berangkat ke pertapaan untuk mencari ayahnya. Saat sampai di pertapaan Ki Hajar Salokantara, dia pun bertemu dengan Ki Hajar Salokantara dan melakukan sembah sujud di hadapannya.

Baru Klinting menjelaskan kepada Ki Hajar Salokantara bahwa dia adalah anaknya, sambil menunjukkan klintingan yang dibawanya. Ki Hajar Salokantara kemudian berkata bahwa dia perlu bukti lagi. Dia meminta Baru Klinting untuk melingkari Gunung Telomoyo. Jika dia bisa melakukannya, maka benar dia adalah anaknya. Ternyata Baru Klinting dapat dengan mudah melingkari gunung tersebut. Ki Hajar Salokantara mengakui bahwa memang benar Baru Klinting adalah anaknya. Dia lalu memerintahkan Baru Klinting untuk bertapa di dalam hutan yang terdapat di lereng Gunung Telomoyo.
Saat Baru Klinting sedang bertapa di dalam hutan, datanglah para penduduk dari desa Pathok. Mereka sedang berburu, mencari hewan untuk dijadikan santapan pesta sedekah bumi yang mereka rayakan setelah panen usai. Karena tidak dapat menemukan seekor hewan pun, mereka menangkap naga besar yang sedang bertapa itu, dan memasaknya.

Arwah Baru Klinting menjelma menjadi seekor anak kecil yang kumal. Anak kecil tersebut datang ke pesta yang diadakan penduduk desa Pathok, dan meminta untuk ikut menikmati hidangan yang disajikan. Namun, para penduduk menolak kehadiran anak yang kumal itu. Bahkan, Baru Klinting diusir dan ditendang. Dengan marah dan sakit hati, Baru Klinting meninggalkan tempat tersebut. Ia kemudian bertemu dengan seorang nenek tua yang memperlakukannya dengan sangat baik. Dia diberi makan, dan diperlakukan seperti seorang tamu yang terhormat. Baru Klinting kemudian berpesan kepada nenek tersebut agar segera menyiapkan lesung jika nantinya terdengar suara gemuruh.
Baru Klinting kembali ke pesta warga desa Pathok. Warga desa tersebut tetap berusaha mengusirnya. Baru Klinting kemudian menancapkan sebuah lidi ke tanah. Dia kemudian menantang warga desa untuk mencabutnya. Namun, tidak ada yang mampu untuk mencabutnya. Baru Klinting kemudian mencabut lidi tersebut sendiri, dan muncul mata air yang sangat deras, diikuti oleh suara gemuruh.

Air yang muncul dari mata air membanjiri desa tersebut dan terbentuklah Rawa Pening. Seluruh penduduk desa tenggelam, kecuali nenek baik hati yang telah memperlakukan Baru Klinting dengan baik. Nenek tersebut selamat karena masuk ke dalam lesung, sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan oleh Baru Klinting.

Legenda Alue Naga

Suatu hari Sultan Meurah mendapat khabar tentang keresahan rakyatnya di suatu tempat, lalu beliau mengunjungi tempat tersebut yaitu sebuah desa di pinggiran Kuta Raja untuk mengetahui lebih lanjut keluhan rakyatnya.
"Tuanku banyak ternak kami raib saat berada di bukit Lamyong," keluh seorang peternak. "Terkadang bukit itu menyebabkan gempa bumi sehingga sering terjadi longsor dan membahayakan orang yang kebetulan lewat dibawahnya," tambah yang lainnya. "Sejak kapan kejadian itu?" Tanya Sultan Meurah. "Sudah lama Tuanku, menjelang Ayahanda Tuanku mangkat," jelas yang lain.
Sesampai di istana Sultan memanggil sahabatnya Renggali, adik dari Raja Linge Mude. "Dari dulu aku heran dengan bukit di Lamnyong itu," kata Sultan Meurah. "Mengapa ada bukit memanjang disana padahal disekitarnya rawa-rawa yang selalu berair," sambung Sultan Meurah. "Menurut cerita orang tua, bukit itu tiba-tiba muncul pada suatu malam," jelas Renggali, "abang hamba, Raja Linge Mude, curiga akan bukit itu saat pertama sekali ke Kuta Raja, seolah-olah bukit itu mamanggilnya," tambahnya. "Cobalah engkau cari tahu ada apa sebenarnya dengan bukit itu!" Perintah Sultan.
Maka berangkatlah Renggali menuju bukit itu, dia menelusuri setiap jengkal dan sisi bukit tersebut, mulai dari pinggir laut di utara sampai ke kesisi selatan, "bukit yang aneh, "bisik Renggali dalam hati. Kemudian dia mendaki bagian yg lebih tinggi dan berdiri di atasnya, tiba-tiba dari bagian di bawah kakinya mengalir air yang hangat. Renggali kaget dan melompat kebawah sambil berguling. "Maafkan hamba putra Raja Linge!" Tiba-tiba bukit yang tadi di pinjaknya  bersuara. Renggali kaget dan segera bersiap-siap, "siapa engkau?" Teriaknya. Air yg mengalir semakin banyak dari bukit itu membasahi kakinya, "hamba naga sahabat ayahmu," terdengar jawaban dari bukit itu dikuti suara gemuruh.
Renggali sangat kaget dan di perhatikan dengan seksama bukit itu yang berbentuk kepala ular raksasa walaupun di penuhi semak belukar dan pepohonan. "Engkaukah itu? Lalu di mana ayahku? Tanya Renggali. Air yang mengalir semakin banyak dan menggenangi kaki Renggali. "Panggilah Sultan Alam, hamba akan buat pengakuan!" Isak bukit tersebut. Maka buru-buru Renggali pergi dari tempat aneh tersebut. Sampai di istana hari sudah gelap, Renggali menceritakan kejadian aneh tersebut kepada Sultan.

Legenda lutung kasarung

Pada jaman dahulu kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.

Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.

Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta,” kata Prabu Tapa.

Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang.

Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri”. “Terima kasih paman”, ujar Purbasari.

Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.

Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum.

Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. “Apa manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.

Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.

“Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku”, kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Jadi monyet itu tunanganmu ?”.

Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana.

Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.
Semoga Ada manfaat setelah menbaca Cerita Rakyat Lutung Kasarung ini dan kami ucapkan banyak terimakasih atas Kunjungannya dan Kunjungi Kumpulan Cerita Rakyat yang lainnya...

Contoh Resensi Novel Laskar Pelangi Singkat

Contoh Resensi Novel Laskar Pelangi Singkat - Resensi novel kali ini adalah resensi novel terkenal Laskar Pelangi. Bagi rekan yang berminat silahkan baca resensi novel dari novel Laskar Pelangi pada pembahasan kita ini. Di sekolah tentu materi yang satu ini juga dipelajari dan cukup penting bukan?

Novel Laskar Pelangi merupakan novel yang keren dan pastinya rekan enggak sabar untuk membacanya. Karya ini memang sudah cukup dikenal dikalangan pecinta novel tanah air.

Ceritanya bagus, pesan yang ada didalamnya juga patut untuk direnungkan. Langsung saja baca bagaimana resensi untuk novel  berjudul "Laskar Pelangi" berikut ini.
1) Contoh Resensi Novel Laskar Pelangi Singkat
Identitas Novel
Judul buku : laskar pelangi
Penulis : andrea hirata
Negara : indonesia
Bahasa : indonesia
Genre : roman
Penerbit : yogyakarta: bentang pustaka
tanggal terbit : 2005
halaman : xxxiv, 529 halaman
Isbn : isbn 979-3062-79-7
Laskar pelangi adalah novel pertama karya andrea hirata yang diterbitkan oleh bentang pustaka pada tahun 2005.

Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (sd dan smp) di sebuah sekolah muhammadiyah di pulau belitong yang penuh dengan keterbatasan.
Mereka adalah:
1) ikal
2) lintang; lintang samudra basara bin syahbani maulana basara
3) sahara; n.a. Sahara aulia fadillah binti k.a. Muslim ramdhani fadillah
4) mahar; mahar ahlan bin jumadi ahlan bin zubair bin awam
5) a kiong; muhammad jundullah gufron nur zaman
6) syahdan; syahdan noor aziz bin syahari noor aziz
7) kucai; mukharam kucai khairani
8) borek alias samson
9) trapani; trapani ihsan jamari bin zainuddin ilham jamari
10) harun; harun ardhli ramadhan bin syamsul hazana ramadhan
Mereka bersekolah dan belajar pada kelas yang sama dari kelas 1 sd sampai kelas 3 smp, dan menyebut diri mereka sebagai laskar pelangi. Pada bagian-bagian akhir cerita, anggota laskar pelangi bertambah satu anak perempuan yang bernama flo, seorang murid pindahan.

Keterbatasan yang ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik.
Laskar pelangi merupakan buku pertama dari tetralogi laskar pelangi. Buku berikutnya adalah sang pemimpi, edensor dan maryamah karpov.

Naskah laskar pelangi telah diadaptasi menjadi sebuah filmberjudul sama dengan bukunya.film laskar pelangi akan diproduksi oleh miles films dan mizanproduction, dan digarap oleh sutradara riri riza.
Laskar pelangi adalah karya pertama dari andrea hirata. Buku ini segera menjadi best seller yang kini kita ketahui sebagai buku sastra indonesia terlaris sepanjang sejarah.
2) Sinopsis Novel Laskar Pelangi
Cerita terjadi di desa gantung, kabupaten gantung, belitung timur. Dimulai ketika sekolah muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh depdikbud sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak.

Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Mulai dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan pak harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana a kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, bu mus.

Kejadian bodoh yang dilakukan oleh borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa mahar, pengalaman cinta pertama ikal, sampai pertaruhan nyawa lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah!
Mereka, laskar pelangi - nama yang diberikan bu muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi -pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara.

Misalnya pembalasan dendam mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 agustus, dan kejeniusan luar biasa lintang yang menantang dan mengalahkan drs. Zulfikar, guru sekolah kaya pn yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat.

Laskar pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama.kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah lintang yang memaksa einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan.

Cerita kemudian dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana ikal yang berjuang di luar pulau belitong kembali ke kampungnya.

Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh andrea hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh laskar pelangi ini!
3) Tokoh-tokoh Novel Laskar Pelangi
Ikal : tokoh 'aku' dalam cerita ini. Ikal yang selalu menjadi peringkat kedua memiliki temansebangku bernama lintang, yang merupakan anak terpintar dalam laskar pelangi. 


Ia berminat pada sastra, terlihat dari kesehariannya yang senang menulis puisi. Ia menyukai a ling, sepupu dari a kiong, yang ditemuinya pertama kali di sebuah toko kelontong bernama toko sinarharapan. 

Pada akhirnya hubungan mereka berdua terpaksa berakhir oleh jarak akibat kepergian aling ke jakarta untuk menemani bibinya.

Lintang : teman sebangku ikal yang luar biasa jenius. Ayahnya bekerja sebagai nelayan miskin yang tidak memiliki perahu dan harus menanggung kehidupan 14 jiwa anggota keluarga. 


Lintang telah menunjukkan minat besar untuk bersekolah semenjak hari pertama berada di sekolah. 

Ia selalu aktif didalam kelas dan memiliki cita-cita sebagai ahli matematika. Sekalipun ia luar biasa pintar, pria kecil berambut merah ikal ini pernah salah membawa peralatan sekolahnya. 

Cita-citanya terpaksa ditinggalkan agar ia dapat bekerja untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya semenjak ayahnya meninggal.

Sahara : satu-satunya gadis dalam anggota laskar pelangi. Sahara adalah gadis keras kepala berpendirian kuat yang sangat patuh kepada agama. 


Ia adalah gadis yang ramah dan pandai, iabaik kepada siapa saja kecuali pada a kiong yang semenjak mereka masuk sekolah sudah iabasahi dengan air dalam termosnya.

Mahar : pria tampan bertubuh kurus ini memiliki bakat dan minat besar pada seni. Pertama kali diketahui ketika tanpa sengaja bu muslimah menunjuknya untuk bernyanyi di depan kelas saat pelajaran seni suara. 

Pria yang menyenangi okultisme ini sering dipojokkan teman-temannya.ketika dewasa, mahar sempat menganggur menunggu nasib menyapanya karena tak bisa kemana pun lantaran ibunya yang sakit-sakitan. 

Akan tetapi, nasib baik menyapanya dan ia diajak petinggi untuk membuat dokumentasi permainan anak tradisional setelah membaca artikel yangia tulis di sebuah majalah, dan akhirnya ia berhasil meluncurkan sebuah novel tentang persahabatan.

Kiong : anak hokian. Keturunan tionghoa ini adalah pengikut sejati mahar sejak kelas satu.baginya mahar adalah suhunya yang agung. 


Kendati pun pria kecil ini berwajah buruk rupa, iamemiliki rasa persahabatan yang tinggi dan baik hati, serta suka menolong pada siapapun kecualisahara. 

Namun, meski mereka selalu bertengkar, ternyata mereka berdua saling mencintai satu sama lain.

Syahdan : anak nelayan yang ceria ini tak pernah menonjol. Kalau ada apa-apa dia pasti yangpaling tidak diperhatikan. 


Misalnya ketika bermain sandiwara, syahdan hanya kedapatan jaditukang kipas putri dan itupun masih banyak kesalahannya. 

Syahdan adalah saksi cinta pertama ikal, ia dan ikal bertugas membeli kapur di toko sinar harapan semenjak ikal jatuh cinta pada aling. 

Syahdan ternyata memiliki cita-cita yang tidak pernah terbayang oleh laskar pelangilainnya yaitu menjadi aktor. 

Dengan bekerja keras pada akhirnya dia menjadi aktor sungguhan meski hanya mendapatkan peran kecil seperti tuyul atau jin... Setelah bosan, ia pergi dan kursus komputer. Setelah itu ia berhasil menjadi network designer.

Kucai : ketua kelas sepanjang generasi sekolah laskar pelangi. Ia menderita rabun jauh karena kurang gizi dan penglihatannya melenceng 20 derajat, sehingga jika ia menatap marah ke arah borek, maka akan terlihat ia sedang memperhatikan trapani. 


Laki-laki ini sejak kecil terlihat bisa menjadi politikus dan akhirnya diwujudkan ketika ia dewasa menjadi ketua fraksi di dprd belitong.

Borek : pria besar maniak otot. Borek selalu menjaga citranya sebagai laki-laki macho. Ketika dewasa ia menjadi kuli di toko milik a kiong dan sahara.

Trapani : pria tampan yang pandai dan baik hati ini sangat mencintai ibunya. Apapun yang ia lakukan harus selalu didampingi ibunya, seperti misalnya ketika mereka akan tampil sebagai band yang dikomando oleh mahar, ia tidak mau tampil jika tak ditonton ibunya. 


Cowok yang bercita-cita menjadi guru ini akhirnya berakhir di rumah sakit jiwa karena ketergantungannya terhadap ibunya.

Harun : pria yang memiliki keterbelakangan mental ini memulai sekolah dasar ketika ia berumur 15 tahun. 


Laki-laki jenaka ini senantiasa bercerita tentang kucingnya yang berbelang tiga dan melahirkan tiga anak yang masing-masing berbelang tiga pada tanggal tiga kepada sahara dan senang sekali menanyakan kapan libur lebaran pada bu muslimah. Ia menyetor 3 buah botol kecap ketika disuruh mengumpulkan karya seni kelas enam.

4) Biografi Penulis Novel Laskar Pelangi
Tokoh-tokoh yang muncul dalam laskar pelangi adalah sebagai berikut:

Tokoh-tokoh lain
1. Bu muslimah : bernama lengkap n.a. Musimah hafsari hamid binti k.a. Abdul hamid. Diaadalah ibunda guru bagi laskar pelangi. Wanita lembut ini adalah pengajar pertama laskarpelangi dan merupakan guru yang paling berharga bagi mereka.

2. Pak harfan : nama lengkap k.a. Harfan efendy noor bin k.a. Fadillah zein noor. Kepala sekolah dari sekolah muhammadiyah. Ia adalah orang yang sangat baik hati dan penyabar meskimurid-murid awalnya takut melihatnya.

3. Flo : bernama asli adalah floriana, seorang anak tomboi yang berasal dari keluarga kaya. Dia merupakan murid pindahan dari sekolah pn yang kaya dan sekaligus tokoh terakhir yang munculsebagai bagian dari laskar pelangi. 

Awal pertama kali masuk sekolah, ia sempat membuatkekacauan dengan mengambil alih tempat duduk trapani sehingga trapani yang malang terpaksatergusur. Ia melakukannya dengan alasan ingin duduk di sebelah mahar dan tak mau didebat.

4. A ling : cinta pertama ikal yang merupakan saudara sepupu a kiong. A ling yang cantik dan tegas ini terpaksa berpisah dengan ikal karena harus menemani bibinya yang tinggal sendiri.

Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di pulau Belitung 24 Oktober 1982, Andrea Hirata sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. 

Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong. 

Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. 

Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keperihatinan. 

Nama Andrea Hirata sebenarnya bukanlah nama pemberian dari kedua orang tuanya. Sejak lahir ia diberi nama Aqil Barraq Badruddin. 

Merasa tak cocok dengan nama tersebut, Andrea pun menggantinya dengan Wadhud. Akan tetapi, ia masih merasa terbebani dengan nama itu. Alhasil, ia kembali mengganti namanya dengan Andrea Hirata Seman Said Harun sejak ia remaja.

Nah, itu tadi sedikit resensi novel laskar pelangi yang bisa kita pelajari. Mudah-mudahan sedikit informasi di atas bisa bermanfaat sebagai bahan belajar kita semua. Rekan yang ingin mempelajari contoh lain silahkan dibagian bawah.

Pustaka
http://andreprikitiew.wordpress.com/2011/10/25/resensi-novel-laskar-pelangi-lengkap/
http://id.shvoong.com/books/novel-novella/1965955-resensi-laskar-pelangi/#ixzz1U18phqfm
http://www.untukku.com/review-untukku/resensi-laskar-pelangi-2-untukku.htm

strategi agar tidak disuruh mengerjakan soal di depan kelas

Strategi Agar Tidak Disuruh Mengerjakan Soal di Depan Kelas Kamu takut disuruh guru atau dosenmu maju ke depan kelas buat ngerjain s...