Selasa, 13 Maret 2018

Legenda selat bali

Cerita Rakyat Bali : "Asal-usul Selat Bali"

 
Pada jaman dulu di kerajaan Daha hiduplah seorang Brahmana yang benama Sidi Mantra yang sangat terkenal kesaktiannya. Selain sakti Sidi Mantra adalah seorang yang berbudi pekerti luhur dan disegani oleh masyarakat karena memiliki pengetahuan agama yang luas. Sanghyang Widya atau Batara Guru memberikannya hadiah berupa harta benda dan seorang istri yang cantik. Setelah bertahun-tahun menikah, akhirnya mereka mendapat seorang anak yang bernama Manik Angkeran.
Manik Angkeran adalah pemuda yang gagah, berani dan pandai. Namun, manik Angkeran memiliki sifat yang bertolak belakang dengan ayahnya. Manik Angkeran sangat manja. Dia suka berjudi dan mengaduh ayam. Mungkin ini karena Manik Angkeran tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu. Ibunya telah meninggal sewaktu melahirkannya. Manik Angkeran selalu kalah dalam berjudi dan ia telah mempertarukan harta  orang tuanya bahkan sampai berhutang kepada orang lain. Sampai-sampai hutangnya menjadi banyak hingga ia tidak dapat membayar hutang-hutangnya lagi. Kemudian Manik Angkeran meminta pertolongan ayahnya untuk membayar hutang-hutangnya.
Kemudian untuk membantu sang anak, Sidi Mantra rela berpuasa dan berdoa untuk meminta pertolongan Sang Dewa. Tiba-tiba terdengarlah suara gaib setelah sekian lama ia berdoa kepada Dewa. “Hai, Sidi Mantra, di kawah Gunung Agung ada harta karun yang dijaga seekor naga bernama Naga Besukih. Pergilah ke sana lalu mintalah supaya dia mau memberi sedikit hartanya”, suara Sang dewa.
Setelah mendengar bisikan gaib tersebut, Sidi Mantra pergi menuju ke Gunung Agung dengan membawa genta pemujaannya. Di perjalanan menuju Gunung Agung, Sidi Mantra berusaha untuk melewati segala rintangan yang menghadangnya. Akhirnya Sidi Mantra berhasil melewati berbagai rintangan tersebut dan berhasil sampai di Gunung agung dengan selamat. Lalu Sidi Mantra duduk bersila. Sambil membunyikan genta Sidi Mantra membacakan mantra dan memanggil-manggil nama Naga Besukih. Setelah skian lama Sidi mantra memanggil naga tersebut, akhirnya Naga Besukih muncul dari tempat persembunyiannya.
“Hai Begawan Sidi Mantra, ada apakah engkau memanggilku?” tanya Naga Besukih.
“Naga Besukih, kekayaanku telah dihabiskan anakku untuk berjudi. Sekarang karena hutangnya menumpuk, dia dikejar-kejar oleh orang-orang. Aku mohon, bantulah aku agar aku bisa membayar hutang anakku!”
“Baiklah, aku akan memenuhi permintaanmu Begawan Sidi Mantra, tapi kau harus menasehati anakmu agar tidak berjudi lagi, karena kau tahu berjudi itu dilarang agama!”
“Aku berjanji akan menasehati anakku”, jawab Begawan Sidi Mantra.
Setelah mendengarkan maksud kedatangan Sidi Mantra, Naga Besukih pun menggeliat. Saat menggeliat dari sisik naga tersebut keluarlah emas & intan. Naga Besukih menyuruh Sidi Mantra untuk mengambilnya. Kemudian Sidi Mantra mengambil emas dan intan tersebut serta mengucapkan terima  kasih. Setelah Sidi Mantra mengucapkan terima kasih, Sidi Mantra pun kembali ke rumahnya dan menyerahkan emas dan intannya kepada Manik Angkeran tidak lupa Sidi Mantra menasehati Manik Angkeran agar Manik Angkeran tidak melakukan judi lagi dan membayar segera hutang-hutangnya. Tetapi kenyataan berkata lain Manik Angkeran tetap saja melakukan judi dan beraduh ayam bahkan sampai taruhan pun dia lakukan sampai-sampai harta yang diberikan ayahnya kembali habis. Seperti biasanya lagi Manik Angkeran meminta bantuan Sidi Mantra agar hutang-hutang bias dilunasi lagi. Dengan kesalnya Sidi Mantra mau membantu Manik Angkeran untuk membayar hutang-hutangnya. Maka barangkatlah Sidi Mantra menuju Gunung Agung untuk yang kedua kalinya. Sesampai di Gunung Agung Sidi Mantra melakukan ritualnya lagi, dengan dibunyikannya genta dan membaca mantra-mantra berharap Naga Besukih keluar dari tempat persembunyiannya. Beberapa saat kemudian Sang Naga Besukih keluar dari tempat persembunyiannya.
“Ada apa lagi Begawan Sidi Mantra? Mengapa engkau memanggilku lagi?” tanya Sang Naga Besukih.
“Maafkan aku Naga Besukih, sekali lagi aku memohon bantuanmu agar aku bisa membayar hutang-hutang anakku. Aku sudah tidak punya apa-apa lagi dan aku sudah menasehatinya agar tidak berjudi, tapi ia tidak menghiraukanku.” mohon Begawan Sidi Mantra.
“Anakmu rupanya sudah tidak menghormati orang tuanya lagi. Tapi aku akan membantumu untuk yang terakhir kali. Ingat, terakhir kali.”
Naga Besukih pun menggeliat dan keluarlah emas dan intan dari tubuhnya  lalu Sidi Mantra memilihi harta tersebut dan memohon diri. Setibanya di rumah Sidi Mantra segera melunasi hutang-hutang Manik Angkeran.
Manik Angkeran heran mengapa ayahnya begitu mudah mendapatkan harta. Maka Manik Angkeran bertanya pada ayahnya, “Ayah, darimana ayah mendapatkan semua kekayaan itu?
“Sudahlah Manik Angkeran, jangan kau tanyakan dari mana ayah mendapat harta itu. Berhentilah berjudi dan menyabung ayam, karena itu semua dilarang oleh agama. Dan inipun untuk terakhir kalinya ayah membantumu. Lain kali apabila engkau berhutang lagi, ayah tidak akan membantumu lagi.” Jawab ayahnya.
Meskipun sudah diperingatkan oleh ayahnya berkali-kali Manik Angkeran tetap saja melakukan perjudian dan bertaruh aduhan ayam. Sampai lama-kelamaan hutangnya menumpuk banyak dan ia tidak dapat membayarnya. Manik Angkeran meminta bantuan ayanhnya lagi tetapi ayahnya tidak mau membantunya lagi. Sehingga Manik Angkeran bertekad untuk mencari tahu sumber kekayaan ayahnya didapat dari mana. Kemudian ia pun bertanya-tanya kesana kemari dan beberapa temannya memberi tahunya bahwa ayahnya mendapatkan kekayaan di Gunung Agung. Begitu serakahnya Manik sampai-sampai ia berani mencuri genta milik ayahnya dan ia pergi ke Gunung Agung untuk mencari harta.
Setelah Manik Angkeran sampai di Gunung Agung, Manik Angkeran membunyikan genta milik ayahnya. Karena merasa terpanggil Naga besukih pun merasa terpanggil oleh suara genta tersebut. Tetapi Naga Besukih heran kenapa ia tidak mendengarkan mantra-mantra yang biasa ia dengar dari Sidi Mantra. Kemudian Naga Besukih keluar untuk melihat siapa yang telah memanggilnya. Setelah keluar, maka bertemulah Sang Naga dengan Manik Angkeran untuk pertama kali. Melihat manik Angkeran, Naga Besukih pun tak dapat menahan amarahnya.
“Hai Manik Angkeran. Ada apa engkau memanggilku dengan genta yang kau curi dari ayahmu itu?”
Dengan sikap memelas, Manik pun berkata, “Sang Naga bantulah aku. Berilah aku harta yang melimpah agar aku bisa membayar hutang-hutangku. Kalau kali ini aku tak bisa membayarnya, orang-orang akan membunuhku. Kasihanilah aku.”
Melihat kesedihan Manik Angkeran, Sang Naga pun merasa kasihan.
“Baiklah, aku akan membantumu. Tetapi dengan syarat jahuilah Judi dan taruhan adu ayammu itu” jawab Sang Naga Besukih.
“Baiklah Naga besukih” jawab manik Angkeran.
Setelah memberikan nasehat kepada Manik Angkeran, Naga Besukih pun membalikkan badannya untuk mengambil harta yang berada di dalam bumi. Pada saat Naga Besukih membenamkan kepalanya ke dalam bumi, Manik Angkeran pun melihat ekor Naga Besukih yang penuh dengan emas dan intan maka timbullah niat jahatnya untuk memotong ekor tersebut. Sesegera mungkin Manik Angkeran mengeluarkan keris yang ia bawa dan memotong ekor Naga Besukih dengan satu kali tebasan. Naga Besukih menggeliat dan segera membalikkan badannya. Namun Manik angkeran telah pergi menjauhinya. Naga Besukih pun pergi mencari Manik Angkeran ke segala pnjuru tetapi ia tidak menemukannya juga. Naga Besukih hanyalah menemukan bekas telapak kaki Manik Angkeran. Maka dari itu dengan kesaktiannya Naga Besukih membakar bekas telapak kaki Manik Angkeran. Meskipun Manik Angkeran telah jauh tetapi dengan kesaktian Naga besukih, Manik Angkean dapat merasakan panasnya api Naga Besukih. Sehingga Manik Angkeran terjatuh dan lama-kelamaan menjadi abu.
Di Jawa timur Sidi Mantra merasa gelisah. Ia cemas karena anaknya telah menghilang dan masih belum kembali ke rumah. Sidi Mantra juga kehilangan genta yang biasa ia gunakan untuk pemujaan. Tetapi Sidi Mantra mengetahui bahwa anaknya yang telah mengambil genta pemujaannya. Sidi Mantra merasa anaknya telah pergi ke Gunung Agung untuk meminta bantuan Naga Besukih. Maka dari itu Sidi mantra berangkat menuju Gunung Agung untuk mencari Manik Angkeran. Sesampainya Sidi Mantra di Gunung Agung, ia melihat Naga besukih yang berada di luar persembunyiannya. Bertanyalah Sidi Mantra kepada Sang Naga Besukih dimanakah anaknya berada. Naga Besukih pun menjawab bahwa Manik Angkeran telah menjadi abu dan sudah meninggal. Sidi Mantra memohon kepada Naga Besukih supaya anaknya dihidupkan lagi. Naga Besukih menyanggupi permohonan Sidi Mantra tetapi dengan satu syarat Sidi mantra harus mengembalikan ekor Naga Besuki seperti semula. Dengan kesaktiannya Sidi Manta pun mampu mengembalikan ekor Naga Besuki seperti semula. Setelah itu Naga Besukih menghidupkan kembali Manik Angkeran. Sebab hal itulah Manik Angkeran telah sadar dan meminta maaf kepada ayahnya serta ia berjanji tadak akan mengulangi perilaku buruknya lagi. Manik angkeran juga meminta maaf kepada Naga Besukih. Tidak lupa Sidi Mantra berterima kasih kepada Naga Besukih karena telah menghidupkan kembali Manik Angkeran. Meskipun Manik Angkran telah berubah, Sidi mantra menyuruh Manik Angkeran untuk tetap tinggal di sekitar Gunung Agung. Manik Angkeran pun menuruti perintah ayahnya itu. Kemudian Sidi Mantra pulang ke jawa Timur. Sesampainya di Tanah benteng, Sidi Mantra menorehkan tongkatnya ke tanah untuk membuat garis yang memisahkan dirinya dengan Manik Angkeran. Saat itu juga bekas torehan tongkatnya menjadi lebar dan bertambah luas sehingga air laut naik menggenanginya. Genangan air laut itu terus melebar dan lama-kelamaan menjadi sebuah selat. Selat tersebutlah yang sekarang ini diberi nama “SELAT BALI”, yaitu selat yang memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali.
Analisis Nilai yang Terkandung Dalam Cerita Rakyat
A.  Nilai Agama
Cerita rakyat "Asal Mula Selat Bali” memberikan nilai religi yang tinggi yaitu kita harus tetap bertawakal kepada Tuhan dan selalu beribadah agar kita melewati segala cobaan hidup. Bukannya manja dan mengeluh saja. Jahuilah perbuatan yang dilarang oleh agama seperti berjudi dan taruhan.
B.  Nilai Budaya
  • Gunung Agung adalah gunung yang keramat di pula bali karena dianggap sebagai tempat bersemayamnya para dewa.
  • Terdapat adat dan aturan untuk mendaki Gunung Agung karena Gunung Agung dinilai suci.
  • Pantangan menaiki Gunung Agung bagi para perempuan yang mengalami menstruasi, atau membawa bekal daging sapi, atau lembu dalam bentuk apapun, sesuai yang diajarkan agama hindu.
C.  Nilai Moral
  • Janganlah engkau menjadi seraka dan tamak karena sifat tersebut dapat menjerumuskanmu kedalam kesuraman.
  • Patuhilah orang tuamu karena dia yang telah merawatmu dari kecil sampai dewasa.
  • Hindari bermain judi dan taruhan karena judi dan taruhan termasuk perbuatan yang tercela.
  • Bersikaplah hormat kepada sesama manusia.
  • Jangan terlalu memanjakan anak karena dapat membuat anak tidak mau berusaha dan menjadi seenaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

strategi agar tidak disuruh mengerjakan soal di depan kelas

Strategi Agar Tidak Disuruh Mengerjakan Soal di Depan Kelas Kamu takut disuruh guru atau dosenmu maju ke depan kelas buat ngerjain s...