Ada
satu kisah saat Pak Haji masih muda dulu. Saat itu beliau masih
berpacaran dengan seorang gadis yang kini telah menjadi istrinya itu.
Kala itu pacarnya tinggal di kampung sebelah yang jalan menuju ke sana
dari kampung Pak Haji masih berupa jalan setapak dan melewati hutan.
Karena selalu kangen, minimal dua kali seminggu Pak Haji bertamu.
Biasanya naik sepeda, kadang jalan kaki melewati kebun kelapa.
Suatu hari pak Haji nge-date ke
rumah pacarnya. Saking asyiknya bercerita, ia kebablasan hingga malam.
Biasanya pulang sebelum senja, sekarang sekitar pukul sembilan malam
baru jalan pulang. Walau sedikit takut, berani saja karena malam itu
bulan agak sedikit terang, sedangkan lampu jalan sudah tentu masih
barang asing.
Pak Haji mulai jalan. Sepanjang perjalanan aman-aman
saja, bahkan ketika melewati hutan. Namun, ia terkejut bukan main
ketika tiba di kebun kelapa di ujung kampung. Pak Haji melihat ada
bayangan besar setinggi enam meter di pinggir jalan.
Celaka kita, Pak Haji membatin.
Tanpa
tunggu lama, berbekal doa-doa yang dihafal, ia langsung komat-kamit dan
meniup ke arah bayang-bayang itu. Tidak mempan. Ia lanjut baca mantra
lain yang diarahkan ke sebuah batu, lalu melempar ke arah bayangan itu.
Tidak mempan. Bergerak pun tidak. Ulang-ulang, segala doa pak Haji
bacakan, tidak mempan juga.
“Astaga. Ini barang dia kuat sekali e. Sial, apa ini?” ucap pak Haji sambil balik arah.
Ia
tidak berani melanjutkan perjalanan, tidak mau ambil risiko jika nanti
harus gulat dengan suanggi sebesar itu. Pak Haji memutuskan untuk balik
menginap di kampung sebelah dan besok pagi saja baru pulang.
Pagi
sekali, matahari juga baru pecah, Pak Haji akhirnya jalan pulang bersama
beberapa warga yang hendak ke kebun. Saat tiba di kebun kelapa, di
lokasi ia melihat bayangan raksasa semalam, Pak haji pukul jidat sambil
geleng-geleng.
“Cukimai lebebaek e!!! Sial dobel-dobel e!!! Beeeh, binatang!” makinya kesal.
Bagaimana
tidak, bayangan raksasa yang dikira suanggi oleh Pak Haji tadi malam
ternyata sebuah eksavator milik perusahan yang teparkir.
Suanggi Tiang Listrik
Kisah-kisah
mengenai suanggi begitu ada banyak di Halmahera. Tidak semua seram,
banyak juga kisah humor suanggi seperti berikut ini.
Suatu malam,
ketika purnama begitu sempurna, ada tiga suanggi berkumpul untuk
menjalankan ritual: mencari tumbal. Ritual itu kadang menjadi ajang adu
saing antarmereka. Siapa yang mendapat tumbal paling banyak dalam waktu
singkat, ialah pemenang dan ilmunya makin tinggi dan kuat.
Suanggi pertama langsung terbang menghilang mencari tumbal. Sepuluh menit berselang, ia kembali dengan mulut penuh darah.
“Weeeh, ngana luar biasa!” ucap suanggi kedua dan ketiga.
Tiba
giliran suanggi kedua. Tanpa basa-basi ia langsung mengudara dan cuuuz …
enam menit kemudian kembali dengan mulut merah penuh darah pula.
“Weeeh, ternyata ngana lebih cepat e,” ujar suanggi pertama salut.
“Hahaha, sekali terbang dua mangsa saya santap tadi,” ujar suanggi kedua.
“Mantap! Mantap!”
Suanggi
ketiga tak mau kalah. Ia langsung tancap gas terbang tinggi dan
menghilang. Baru berselang dua menit, suanggi ketiga kembali dengan
mulut penuh darah kental.
“Ampuuun, ngana pe cepat!!!” kata suanggi pertama.
“Luar biasa! Ngana juara! Dapat berapa mangsa?” tanya suanggi kedua.
“Cukimai!
Dapat mangsa apa. Kita (saya) tra (tidak) lihat tiang listrik di ujung
kampong sana,” keluh suanggi ketiga sambil memegang bibir penuh darah.
Giginya patah akibat menabrak tiang listrik desa yang baru ditanam.
Pergi Berobat
Lupakan
suanggi, mari kembali ke Pak Haji. Akhir-akhir ini kesehatan Pak Haji
kurang baik. Beliau batuk-batuk. Mungkin karena pengaruh usia yang sudah
tua. Oleh anak-anaknya, diputuskan ia harus ke Ternate untuk periksa di
rumah sakit ditemani anaknya, Jubaedah.
Tibalah Pak Haji di rumah sakit Ternate dan menemui dokter.
“Pak Haji, ini nanti harus di-rontgen dulu ya, biar kita bisa tahu penyakit dalamnya,” ucap dokter setelah memeriksa.
“Bapak Dokter, rontgen itu barang apa lagi e?”
“Rontgen itu semacam foto biar bisa lihat itu dalam tubuh. Jadi Pak Haji harus difoto dulu.”
“Oooh, kalau begitu bagaimana kalau Bapak Dokter rontgen saya di taman saja e. Biar bagus. Kebetulan saya sudah lama tidak punya foto di taman.”
Bapak Dokter pukul jidat.
Beli KFC
Setelah
memeriksakan diri di rumah sakit, pak Haji diajak anaknya
keliling-keliling di mal. Karena lapar, anak bapak itu mampir ke gerai
KFC untuk memesan makanan.
“Selamat sore. Mau pesan makan apa?”
“Oh ya, kami mau pesan ka ef si dua.”
“Ayamnya pakai dada atau paha ya?”
“Paha satu deng dada saja. Dibungkus ya.”
“Oh iya.”
“Eh,
tapi tunggu, tunggu,” Pak Haji buru-buru menambahkan. “Bungkus nasi
sama ayam dipisah ya. Takut nanti itu ayam de makan nasi kasih habis
lagi.”
Kasir geleng-geleng kepala.
Rebonding
Mumpung
sedang di kota, Jubaedah mampir ke salon untuk meluruskan rambutnya.
Rambutnya yang agak keriting jadi lurus banget. Melihat itu, Pak Haji
terheran-heran.
“Eh, Anak, ngana pe rambut bagaimana kong so lurus bagini?”
“Direbonding di salon toh, Papa.”
“Hah, rebonding itu binatang apa lagi gah?”
“Rebonding itu artinya meluruskan. Jadi pakai alat yang mirip gata-gata (penjepit makanan) begitu.”
“Oooh, bagitu.”
Saat
kembali ke kampung, Pak Haji langsung memimpin Salat Magrib karena dia
imam desa. Setelah ikamah selesai, beliau langsung maju di tempat imam
dan berujar.
“Ayoo, jamaah, rebondingkan saf!!!”
Jamaah samua baku haga heran.
Minggu, 20 Mei 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
strategi agar tidak disuruh mengerjakan soal di depan kelas
Strategi Agar Tidak Disuruh Mengerjakan Soal di Depan Kelas Kamu takut disuruh guru atau dosenmu maju ke depan kelas buat ngerjain s...
-
Tebak-tebakan S. Bagio buat Benyamin Sueb Saleh Abdullah 24 November 2017 Mop 23 [ MOJOK.CO ] “Tebak-tebakan kayak begini nih: ke...
-
Santri Sowan Kiai: Pantang Pulang Sebelum Makan M. Faizi 22 Oktober 2017 Mop 39 Hafal Kitab Wajarlah kalau santrinya bisa hafal...
-
Dapat Pulsa dari CELUP Zulfianto M. Biahimo 15 Januari 2018 Mop 26 [ MOJOK.CO ] “Padali pulsanya banyak, katanya dapat dari CELUP...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar